Wahyu dan kitab-Nya memiliki 4 macam bentuk

Wahyu dan kitab-Nya masing-masing memiliki 4 macam bentuk

Secara tak-langsung disebut dalam kitab suci Al-Qur'an, bahwa wahyu-Nya minimal
memiliki 2 macam bentuknya, melalui ayat-ayat QS.6:145, QS.42:51-52 dan QS.53:4-6,
yang menyatakan seperti "wahyu yang diwahyukan". Namun apabila ditelaah lebih
mendalam lagi, bisa diketahui bahwa wahyu-Nya memiliki 4 macam bentuk.
Hal yang serupa tentunya terjadi pada Al-Qur'an dan kitab-Nya lainnya.

"Katakanlah: 'Tiadalah aku (Muhammad) peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, …" – (QS.6:145).

"Dan tidak ada bagi seorang manusiapun, bahwa Allah berkata-kata dengan dia, kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan cara mengutus seorang utusan (Jibril), lalu diwahyukan kepadanya dengan seijin-Nya apa yang Dia kehendaki. …" dan "Dan demikianlah, Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) wahyu, dengan perintah Kami. …" – (QS.42:51-52).

"Ucapannya (Muhammad) tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyu-kan,", "yang diajarkan kepadanya oleh yang amat kuat (dalil-hujjahnya)" dan "yang mempunyai akal yang cerdas (Jibril). …" – (QS.53:4-6).

Ayat-ayat QS.6:145, QS.42:51-52 dan QS.53:4-6 itu secara tak-langsung tampak menunjukkan, bahwa bentuk wahyu-Nya yang pertama adalah bentuk yang disampaikan atau diwahyukan oleh para malaikat Jibril kepada para nabi-Nya, dan bentuk wahyu-Nya yang kedua adalah bentuk yang disampaikan atau diucapkan oleh para nabi-Nya kepada umatnya masing-masing.

Walaupun umat tentunya bisa membantah, bahwa ayat-ayat itu tidak menunjukkan 2 macam bentuk wahyu-Nya, karena salah-satunya hanya kata kerja ('diwahyukan'). Atau umatpun juga bisa beranggapan, bahwa wahyu-Nya yang diwahyukan oleh para malaikat Jibril, bentuknya persis sama dengan wahyu-Nya yang diucapkan oleh para nabi-Nya.

Namun dari kenyataan sederhana, bahwa seluruh wahyu-Nya saat ini telah berupa 'teks' ayat-ayat kitab-Nya, dan para malaikat Jibril juga tidak menyampaikan wahyu-Nya dalam bentuk 'teks', maka umat semestinya bisa memahami adanya perbedaan berbagai bentuk wahyu-Nya. Bahkan jika umat telah cukup mendalam memahami bagaimana cara proses para malaikat Jibril menyampaikan wahyu-Nya kepada para nabi-Nya, dan lebih lengkapnya lagi bagaimana cara proses turunnya wahyu-Nya, sejak dari Allah langsung, sampai diterima oleh umat para nabi-Nya, melalui beberapa sifat, penyampai, perantara, sarana dan sasaran penyampaiannya, maka umat semestinya juga bisa mengetahui adanya 4 macam bentuk wahyu-Nya.

Dan 4 macam bentuk wahyu-Nya ini sama sekali bukan menunjukkan kesejajaran dan alternatif bentuknya, namun menunjukkan adanya hierarki dan proses 'transformasi perubahan bentuknya', dari bentuk awal yang langsung dari Allah sendiri, sampai bentuk akhir yang biasa dikenal oleh umat manusia saat ini.

Ringkasnya, 4 macam bentuk wahyu-Nya yaitu: wahyu-Nya di antara seluruh sifat Allah (berupa "tiap Fitrah Allah"), wahyu-Nya di alam semesta ini (berupa "tanda-tanda kekuasaan dan kemuliaan-Nya"), wahyu-Nya di dalam dada-hati-pikiran para nabi-Nya (berupa "tiap 'Al-Hikmah'"), dan wahyu-Nya di dalam semua Al-Kitab / kitab-Nya / kitab tauhid (berupa "tiap ayat 'Al-Kitab'"). Tiap bentuk wahyu-Nya inipun telah diungkap pula pada tabel dan gambar berikut, serta tentunya memiliki sifat-sifat, penyampai, perantara, sarana dan sasaran penyampaiannya masing-masing. Dan semua bentuk wahyu-Nya ini sama-sama berupa hal-hal yang menunjukkan kebenaran-Nya di alam semesta ini.

Seperti diuraikan di atas, dari 4 macam bentuk wahyu-Nya ini relatif hanya bentuk ke-3 ("tiap 'Al-Hikmah'") dan bentuk ke-4 ("tiap ayat 'Al-Kitab'"), yang langsung disebut dalam kitab suci Al-Qur'an sebagai 'wahyu-Nya'. Sedangkan bentuk ke-1 dan bentuk ke-2 masing-masing tetap hanya disebut sebagai "Fitrah Allah" dan "tanda-tanda kekuasaan dan kemuliaan-Nya" (juga sering disebut sebagai "ayat-ayat-Nya yang tak-tertulis").

Dan harap baca pula buku "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW", untuk penjelasan yang selengkapnya, tentang hakekat dari wahyu-Nya dan 4 macam bentuknya, serta bagaimana cara berinteraksi antara para malaikat Jibril dan para nabi-Nya dan juga bagaimana cara proses turunnya wahyu-Nya. Termasuk tentang berbagai bentuk dan sifat wahyu-Nya yang umumnya dikenal oleh umat manusia saat ini.

Namun perlu diketahui, bahwa 'tiap' pemahaman Al-Hikmah bukan suatu hal yang berdiri-sendiri atau terpisah. 'Tiap' Al-Hikmah hanya bisa disebut sebagai 'wahyu-Nya', jika telah berupa satu-kesatuan pemahaman yang relatif utuh, lengkap dan sempurna, dengan 'seluruh' Al-Hikmah lainnya pada tiap nabi-Nya. Hal yang serupa pula dengan 'tiap' ayat Al-Kitab terhadap 'seluruh' ayat lainnya.

Wahyu-Nya sebagai satu-kesatuan yang utuh (khususnya Al-Hikmah dan Al-Kitab pada tiap nabi-Nya), semestinya menyangkut 'seluruh' aspek mendasar dalam kehidupan umat manusia, dan bahkan juga menyangkut 'seluruh' aspek di alam semesta ini yang bisa diketahui atau dijangkau oleh umat manusia (bukan hanya beberapa atau sebagian kecil aspek saja). Tiap pengetahuan yang memang 'benar' sekalipun tidak bisa disebut sebagai wahyu-Nya, jika tidak didukung pula oleh segala pengetahuan lainnya yang telah tersusun secara relatif utuh, lengkap dan sempurna, terutama tentang hal-hal yang paling penting, mendasar dan hakiki bagi kehidupan umat manusia (hal-hal gaib dan batiniah). Dan juga wahyu-Nya memang semestinya menyangkut 'kesempurnaan' keyakinan umat manusia, atas segala sesuatu hal yang mendasar dalam kehidupannya.

Bentuk wahyu-Nya yang berupa "Al-Hikmah", sebenarnya bisa terbagi lagi menjadi 2 bentuk wahyu-Nya, yaitu: "ilham yang positif-benar-baik" dari para malaikat Jibril dan "Al-Hikmah" itu sendiri. Segala ilham (wahyu-Nya) yang disampaikan oleh para malaikat Jibril, yang bahkan sering disinggung dalam Al-Qur'an, adalah segala 'potongan amat kecil' informasi yang terpakai dalam penyusunan tiap Al-Hikmah pada para nabi-Nya.

Namun karena ada pula "ilham yang negatif-sesat-buruk" dari para jin, syaitan dan iblis, maka ilham 'secara keseluruhan' sengaja tidak dianggap sebagai salah-satu bentuk wahyu-Nya, terutama agar ilham tidak mudah dianggap sebagai wahyu-Nya. Padahal tiap ilham itupun masih harus dipilih dan diputuskan oleh akal dan keyakinan hati-nurani para nabi-Nya, sebelum bisa dianggap sebagai "ilham yang positif-benar-baik". Dan keyakinan hati-nurani para nabi-Nya tentunya terbentuk berdasarkan atas segala pengetahuannya tentang kebenaran-Nya, yang terus-menurus makin bertambah, kokoh-kuat, lengkap dan sempurna sepanjang hidupnya, dari hasil usahanya yang amat keras untuk memahami tiap kebenaran-Nya di alam semesta ini (termasuk dengan amat banyak bertafakur).

Transformasi perubahan bentuk wahyu-Nya itu justru proses yang 'alamiah', serta telah berlangsung amat panjang, seperti melalui: proses penciptaan alam semesta (sekitar milyaran tahun), proses kemunculan tiap calon nabi-Nya (selama berabad-abad), proses pemantaban pemahaman dan pengamalan kenabian tiap calon nabi-Nya (selama puluhan-tahun), serta juga proses penyampaian secara lisan dan tertulis (selama bertahun-tahun), termasuk melalui sejumlah sarana dan perantara, seperti: alam semesta ini, para malaikat (termasuk para malaikat Jibril), alat-alat indera para nabi-Nya (lahiriah dan batiniah), akal dan hati-nurani para nabi-Nya, lisan dan tulisan para nabi-Nya, dsb.

Rangkuman transformasi perubahan bentuk wahyu (4 macam bentuk), dari bentuk awalnya yang langsung dari Allah sendiri, sampai bentuk akhirnya yang biasa dikenal oleh umat manusia saat ini, yaitu:

Rangkuman transformasi perubahan bentuk wahyu

Bentuk wahyu jenis ke-1 :

Berupa : "Fitrah Allah" (sifat-sifat terpuji dan mulia Allah), yang berupa 'sebagian' dari seluruh sifat mutlak Allah, yang sengaja dipilih dan kehendak ditunjukkan-Nya kepada segala makhluk ciptaan-Nya.
Sifat : 'Maha kekal', 'Maha gaib' (sesuai sifat-sifat-Nya) dan 'universal'.
Penyampaian : Dari Allah kepada Allah sendiri, melalui pilihan dan kehendak pada Allah sendiri, sebagai perwujudan kesempurnaan Allah.

Bentuk wahyu jenis ke-2 :

Berupa : "Tanda-tanda kekuasaan dan kemuliaan-Nya" ("ayat-ayat-Nya yang tak-tertulis"), yang berupa segala sesuatu hal yang bersifat 'mutlak' dan 'kekal' di seluruh alam semesta ini.
Sifat : 'Kekal' (sesuai umur alam semesta ini), 'gaib' (tersembunyi dalam banyak hal) dan 'universal'.
Penyampaian : Dari Allah kepada segala makhluk ciptaan-Nya, melalui proses penciptaan alam semesta ini, sebagai perwujudan Fitrah Allah.

Bentuk wahyu jenis ke-3 :

Berupa : "Tiap Al-Hikmah" (hikmah dan hakekat kebenaran-Nya), yang seluruhnya tersusun secara relatif lengkap dan sempurna dalam dada-hati-pikiran para nabi-Nya.
Sifat : 'Fana' (sesuai umur tiap nabi-Nya), 'gaib' (berupa pemahaman) dan 'universal'. Dan juga relatif amat kompleks, rumit, mendalam, tidak praktis-aplikatif dan tidak aktual.
Penyampaian : Dari para malaikat Jibril kepada para nabi-Nya, melalui proses pemberian segala jenis "ilham yang positif-benar-baik" ke dalam dada-hati-pikiran para nabi-Nya, sebagai perwujudan dari usaha pencarian pengetahuan tentang kebenaran-Nya.

Bentuk wahyu jenis ke-4 :

Berupa : "Tiap ayat Al-Kitab" (hasil rangkuman atas segala pemahaman Al-hikmah, yang tertulis / terucap / terungkap), yang seluruhnya tersusun secara relatif lengkap dan sempurna dalam tiap Al-Kitab / kitab-Nya / kitab tauhid.
Sifat : 'Fana' (sesuai umur sarana penyampaian), 'nyata' dan 'aktual' (sesuai konteks keadaan umat). Juga relatif ringkas, sederhana dan praktis-aplikatif.
Penyampaian : Dari para nabi-Nya kepada seluruh umat manusia, melalui lisan dan tulisan para nabi-Nya, sebagai perwujudan usaha penyebaran pengetahuan tentang kebenaran-Nya (penyampaian pengajaran dan tuntunan-Nya).

Gambar diagram empat macam bentuk wahyu-Nya

Dan transformasi perubahan bentuk yang relatif serupa, tentunya juga terjadi pada Al-Qur'an dan kitab-kitab-Nya lainnya (Taurat, Jabur dan Injil). Karena tiap kitab-Nya itu memang berupa satu-kesatuan dari sekumpulan besar wahyu-Nya yang tersusun secara relatif utuh, lengkap dan sempurna (dengan 4 macam bentuknya di atas). Sementara 4 macam bentuk kitab-Nya, tentunya berupa: "seluruh Fitrah Allah", "seluruh tanda-tanda kekuasaan dan kemuliaan-Nya" di alam semesta ini ("ayat-ayat-Nya yang tak-tertulis"), "seluruh 'Al-Hikmah'" di dalam dada-hati-pikiran tiap nabi-Nya terkait, dan "tiap 'Al-Kitab / kitab-Nya / kitab tauhid'" yang biasa dikenal oleh umat manusia saat ini. Dan tiap bentuk kitab-Nya ini juga telah diungkap pada gambar berikut, yang tentunya bersesuaian dengan tiap bentuk wahyu-Nya pada gambar di atas.

Dari 4 macam bentuk kitab-Nya relatif hanya bentuk ke-2 ("seluruh tanda-tanda kekuasaan dan kemuliaan-Nya"), bentuk ke-3 ("seluruh 'Al-Hikmah'") dan bentuk ke-4 ("tiap 'Al-Kitab / kitab-Nya / kitab tauhid'"), yang disebut dalam kitab suci Al-Qur'an sebagai 'kitab-Nya'. Sedang bentuk ke-1 tetap hanya disebut sebagai "Fitrah Allah".

Dan harap baca pula buku "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW", untuk penjelasan yang selengkapnya, tentang hakekat dari kitab-Nya dan 4 macam bentuknya.

Khusus tentang "Fitrah Allah" hanya ada disebut dalam surat AR-RUUM ayat 30, yang menyatakan "bahwa proses diturunkan-Nya agama-Nya yang lurus, serta proses diciptakan-Nya alam semesta ini (termasuk pula kehidupan manusia di dalamnya), adalah perwujudan dari Fitrah Allah" – (QS.30:30). Maka ayat tersebut memang tidak langsung mengaitkan antara Al-Qur'an dan Fitrah Allah. Namun diketahui pula, kitab suci Al-Qur'an adalah kitab tuntunan-Nya yang terakhir bagi umat Islam khususnya (agama-Nya yang lurus dan terakhir) dan bagi seluruh umat manusia umumnya.

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama-Nya, (sebagai perwujudan dari) fitrah Allah, Yang telah menciptakan manusia, menurut fitrah itu (pula). Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama(-Nya) yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui," – (QS.30:30).

"Tanda-tanda kekuasaan dan kemuliaan-Nya" pada kenyataannya memang berada dimana-mana di seluruh alam semesta ini. Namun secara 'simbolik' disebut dalam kitab suci Al-Qur'an, bahwa "tanda-tanda kekuasaan dan kemuliaan-Nya" telah tercatat dalam kitab mulia (Lauh Mahfuzh) di sisi 'Arsy-Nya. Kitab-Nya dalam bentuk ke-2 ini tentunya berupa kitab mulia (Lauh Mahfuzh). Serta terkadang juga disebut sebagai "Al-Qur'an dan kitab-kitab-Nya lainnya yang berbentuk gaib, yang berada di sisi 'Arsy-Nya".

"Apakah kamu tidak mengetahui, sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi. Bahwa yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). …" – (QS.22:70).

"Tiada sesuatupun yang gaib di langit dan di bumi, melainkan (ada terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." – (QS.27:75).

"sesungguhnya Al-Qur'an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar amat tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah." – (QS.43:4).

"sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang amat mulia,", "pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh)," – (QS.56:77-78).

"Bahkan yang didustakan mereka itu, ialah Al-Qur'an yang mulia,", "yang tersimpan dalam Lauh Mahfuzh." – (QS.85:21-22).

"Dan sesungguhnya, telah Kami tulis di dalam (kitab) Zabur, sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh. …" – (QS.21:105).

Sedangkan "Al-Qur'an" atau "seluruh Al-Hikmah" yang berada di dalam dada-hati-pikiran nabi Muhammad saw (Al-Qur'an dalam bentuk ke-3), juga disebut dalam kitab suci Al-Qur'an.

"Dan sesungguhnya, Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam,", "dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),", "ke dalam hatimu (Muhammad), …" – (QS.26:192).

"Katakanlah: 'Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkan (Al-Qur'an) ke dalam hatimu (Muhammad), dengan seijin-Nya, (yang) membenarkan apa (kitab-kitab-Nya) yang sebelumnya, …" – (QS.2:97).

"Sebenarnya, Al-Qur'an itu adalah ayat-ayat-Kami yang nyata, di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. …" – (QS.29:49).

Al-Qur'an dan kitab-kitab-Nya lainnya dalam bentuk ke-4 tentunya paling banyak disebut dalam kitab suci Al-Qur'an, serta paling umum dikenal oleh umat manusia saat ini.

Hal yang amat memprihatinkan tentang perbedaan pemahaman umat atas bentuk dan sifat Al-Qur'an, yang bahkan telah menimbulkan perselisihan amat keras pada jaman dahulu, khususnya yang terjadi antara aliran Mu'tazilah dan aliran Asy'ariah. Karena aliran Mu'tazilah beranggapan, bahwa "Al-Qur'an adalah makhluk ciptaan-Nya dan bersifat fana (baru)" Sedangkan aliran Asy'ariah beranggapan, bahwa "Al-Qur'an adalah kalam-Nya, bersifat qadim (kekal) dan bukan makhluk".

Padahal umat Islam semestinya tidak perlu berselisih, dalam hal yang juga disebut sebagai "fitnah Khaiqil Qur'an" ini, karena Al-Qur'an pada dasarnya memang memiliki 4 macam bentuk, termasuk ada yang bersifat qadim (kekal), fana (baru), gaib dan nyata. Kedua aliran pada dasarnya masing-masing memiliki dasar pemahaman yang relatif benar. Namun keduanya berbeda sudut pandang dan sekaligus tidak utuh-menyeluruh, sehingga kedua pemahaman juga kurang tepat benar. Walaupun begitu, Al-Qur'an amat tidak tepat disebut 'makhluk', namun semestinya disebut 'ciptaan'.

Gambar diagram empat macam bentuk Al-Qur'an

Penting pula diketahui, sebagaimana proses 'transformasi perubahan bentuk' wahyu dan kitab-Nya yang berlangsung secara 'alamiah' di atas, bahwa proses perolehan wahyu dan kenabian juga secara 'alamiah' telah berakhir pada nabi Muhammad saw. Serta kitab-kitab-Nya berakhir pada kitab suci Al-Qur'an, sebagai kitab pengajaran dan tuntunan-Nya yang paling lengkap dan sempurna bagi seluruh umat manusia sampai akhir jaman.

Dan harap baca pula buku "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW", untuk penjelasan yang selengkapnya, tentang kitab-kitab-Nya (kitab-kitab tauhid) dan kenabian terakhir pada nabi Muhammad saw.

Wallahu a'lam bishawwab.

Artikel / buku terkait:

Resensi buku: "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW"

Buku on-line: "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW"

Al-Qur'an on-line (teks Arab, latin dan terjemah)

Download terkait:

Al-Qur'an digital (teks Arab, latin dan terjemah) (chm: 2,45MB)

Buku elektronik (chm): "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW" (+Al-Qur'an digital) (chm: 5,44MB)

Buku elektronik (pdf): "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW" (pdf: 8,04MB)

Buku elektronik (chm + pdf): "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW" dan Al-Qur'an digital (zip: 15,9MB)

 

Tentang Syarif Muharim

Alumni Teknik Mesin (KBK Teknik Penerbangan) - ITB - angkatan 1987 Blog: "islamagamauniversal.wordpress.com"
Pos ini dipublikasikan di Hikmah, Saduran buku dan tag , , , , , . Tandai permalink.

5 Balasan ke Wahyu dan kitab-Nya memiliki 4 macam bentuk

  1. Mohammad Solihin berkata:

    Sesungguhnya “sifat Allah swt” adalah “fi dzatillah” (jadi jangan dipisahkan antara sifat Allah dengan Dzatnya). Sebab jika dipisah akan memberikan pemahaman yang sangat keliru tentang
    keesaan Allah. -Dan saya yakin, penulis tidak bermaksud demikian.- Karenanya menurut hemat saya diagram di atas (antara Dzat Allah dan Sifat Allah, tidak terpisah). Afwan wa Syukran.
    => “Dengan Kuasa Allah swt memerintahkan ALQOLAM untuk menulis “ALQUR-AN” pada Lauhil Mahfudz” (-sejauh pemahan saya tentang prosesi awal turunnya Al-Qur`an)

    • Syarif Muharim berkata:

      Betul, mustahil sifat2 suatu zat bisa terpisah dari zatnya sendiri. Sifat suatu zat adalah hasil pengungkapan, deskripsi, penggambaran atau penjelasan tentang zat tsb, oleh pengamat2 yg ‘selain’ zatnya sendiri.

      Namun perwujudan secara nyata atas sifat2 tsb, bisa dilakukan secara langsung oleh zatnya sendiri, ataupun secara tak-langsung oleh zat2 lain, yg berdasar atas perintah dari zat tsb. Misalnya, sifat2 Allah terwujud di alam semesta ini melalui tak-terhitung segala makhluk ciptaan-Nya (terutama para malaikat-Nya, yg mmg paling tunduk, taat dan patuh kpd segala perintah-Nya). Harap baca pula https://islamagamauniversal.wordpress.com/2011/12/12/sunatullah-sebagai-wujud-perbuatan-allah/

      Sifat2 suatu zat pasti tidak ada, jika mmg tidak ada zatnya sendiri. Sebaliknya zat pasti dianggap tidak ada, jika sifat2nya mmg tidak bisa dijelaskan / digambarkan oleh pengamat.

      Sedangkan ttg “Dengan Kuasa Allah swt memerintahkan ALQOLAM untuk menulis ALQUR-AN pada Lauhil Mahfudz”, pada dasarnya saya juga setuju (sesuai dgn wahyu-Nya jenis ke-2 pd gambar di atas), walau cara pengungkapannya sedikit berbeda. Wahyu-Nya jenis ke-1 (Fitrah Allah) yg sebenarnya hanya ada pada Zat Allah sendiri, memang hanya terwujud bersamaan dgn adanya wahyu-Nya jenis ke-2 tsb. Maka bentuk wahyu-Nya jenis ke-2 adalah bentuk wahyu yg paling awal ‘terwujud’, dan timbul berdasar wahyu-Nya jenis ke-1 (Fitrah Allah).
      Wahyu-Nya jenis ke-1 (Fitrah Allah) sengaja saya tambahkan, krn Fitrah Allah (sifat2 terpuji dan mulia Allah) memang sengaja hendak ditunjukkan-Nya kpd segala makhluk ciptaan-Nya, agar bisa mengenal Allah, dgn segala kebesaran, kemuliaan dan kesempurnaan-Nya.

  2. wawan berkata:

    Pada umumnya saya dapat memahami klasifikasi wahyu menurut pandangan bapak. Dengan bahasa berbeda, pandangan beberapa ulama bermakna serupa.

    Namun saya masih belum dapat memahami latar belakang pendapat bapak tentang bentuk pertama,
    ==========
    Bentuk wahyu jenis ke-1 :

    Berupa : “Fitrah Allah” (sifat-sifat terpuji dan mulia Allah), yang berupa ‘sebagian’ dari seluruh sifat mutlak Allah, yang sengaja dipilih dan kehendak ditunjukkan-Nya kepada segala makhluk ciptaan-Nya.
    Sifat : ‘Maha kekal’, ‘Maha gaib’ (sesuai sifat-sifat-Nya) dan ‘universal’.
    Penyampaian : Dari Allah kepada Allah sendiri, melalui pilihan dan kehendak pada Allah sendiri, sebagai perwujudan kesempurnaan Allah.
    ==========
    dengan dasar :
    “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama-Nya, (sebagai perwujudan dari) fitrah Allah, Yang telah menciptakan manusia, menurut fitrah itu (pula). Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama(-Nya) yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” – (QS.30:30).

    saya juga kesulitan memahami hadits shahih berikut:
    عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ .
    [رواه البخاري ومسلم]
    Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Agama adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa ? beliau bersabda : Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya.
    (Riwayat Bukhori dan Muslim)

    mohon untuk dapatnya memberikan keterangan lebih lanjut agar lebih mudah memahaminya.

    syukran wa afwan.

    wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

  3. Ping balik: Manusia Dan Agama | saiful runardi

Tinggalkan Balasan ke Syarif Muharim Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.